Just For My Girl

Happy Valentine Day

"Apa yang akan kau lakukan di hari kasih sayang nanti?"

Banyak dari teman-temanku menanyakan hal tersebut, bahkan mereka juga menceritakan persiapan dan kenangan mereka di hari penuh cinta itu. Dari cinta yang sengaja ditinggal pergi, hingga malam romantis bersama cahaya lilin. Beberapa ada yang ingin pergi jalan dengan kekasihnya dan beberapa ada juga yang ingin menghabiskan waktu berdua dalam sebuah kamar hotel yang megah.

Begitu banyak pilihan yang mereka inginkan di tanggal empat belas nanti. Tapi bagaimana denganku? Apa yang akan aku lakukan di hari kasih sayang nanti?

Hmm ...  Aku sendiri tak ingin menjawab pertanyaan konyol seperti itu. Lagi pula orang yang harusnya aku kasih dan sayangi tidak berada di sini. Di kota yang penuh dengan kutukan rindu.

Semua teman-temanku yang memiliki pujaan hati sedang bersiap untuk besok. Bahkan yang tidak punya pasangan juga ikut bersiap-siap. Bukan untuk menghabiskan malam dengan suara-suara aneh dari ponsel mereka, tapi berkumpul bersama dalam sebuah ruangan. Meski hari kasih sayang jatuh bukan di malam minggu, mereka berdoa pada malam itu hujan akan turun dengan derasnya. Menggagalkan rencana suci tiap pasangan yang ingin bersama pada malam itu.

Miris? Benar. Aku juga berpikir sama dengan kalian. Mereka terlalu bodoh melakukan hal konyol tersebut, tapi setidaknya mereka melakukan tindakan tak berguna itu bersama. Hingga mereka bisa tertawa di akhir kegiatan ngenes mereka. Tidak sepertiku yang hanya bisa diam dan mengagumi parasnya dalam layar wallpaper.

Semuanya tampak bersenang-senang, bahkan di malam ini juga. Konyol rasanya bila aku menyebutkan sekarang sudah hari Valentine, karena baru beberapa detik pergantian dari jam QnQ pemberian kekasihku mengatakan hal tersebut. Ini menyebalkan! Aku harus berpisah dengannya demi masa depan kami berdua.

Suara-suara para pekerja lain terdengar menjauh dari pendengaranku kali ini. Mereka sepertinya mulai istirahat dan keluar dari ruangan menuju kantin kantor yang sering dikatakan angker oleh beberapa temanku yang sama bekerja di sift malam.

Setelah menyeruput lama kopi hitam yang aku seduh dua puluh menit lalu, aku mulai berdiri. Berjalan paling belakang untuk keluar dari ruang kerja. Cahaya rembulan menyambutku dengan manja. Sama seperti dirinya yang selalu terlihat manja ketika aku pulang ke rumah. Ya, hanya dia satu-satunya tempat yang bisa aku sebut dengan rumah.

Aku ingin bercerita kepada kalian semua betapa aku sangat rindu padanya, bahkan rinduku ini lebih berat dari rindu yang Dilan katakan. Tapi bersabarlah lebih dulu, izinkan aku untuk membakar rokokku terlebih dahulu. Karena aku ingin kalian penasaran akan siapa gadis yang benar-benar aku cintai itu.

Aku tidak akan menyebutkan namanya namun yang jelas dia adalah seorang wanita. Satu-satunya wanita yang paling aku cintai setelah Ibu. Aku ingin terus dan selamanya mencintainya, memeluknya dalam hening dan mengecupnya dalam tangis. Hingga kelak, cintaku yang tulus itu terpaksa aku bagi jadi dua bagian. Kepadanya, dan kepada putriku nantinya.

Dia adalah sosok yang indah sekaligus menyebalkan. Bahkan begitu menyebalkannya tiap rayuan mautku di pagi hari tidak pernah mempan membuat dia terbang ke angkasa. Dia juga bawel, dan sering kali cemburu kala aku sibuk dengan tulisan atau teman-teman penulis lainnya.

Aku malah senang melihat dia seperti itu, tapi aku tidak ingin dia mendiamkanku lama. Karena jika dia diam, berarti aku telah melukai hatinya lagi dan lagi. Dan aku tidak ingin membuat dia sedih, meteteskan airmata hanya karena takut kehilanganku.

Aku tahu ini egois, tapi. Biarkan saja aku yang menangis. Karena jika dia yang menangis berarti aku tidak pantas untuknya. Sebab tujuan seorang pria sejati itu adalah membahagiakan wanitanya, bukan menyakiti dan membuat airmata yang berharga itu menetes pada pipinya.

Aku berharap bisa berada di sana sekarang, bisa memeluknya, menyentuh cintanya, merangkul raga yang disiksa rindu itu sampai dia lelap dalam tangis bahagia. Namun lucunya, aku terkekang oleh pekerjaan yang menyiksa diri ini.

"Apa yang akan kau lakukan di hari kasih sayang nanti?" Entah mengapa kata-kata itu kembali terngiang dalam ingatanku.

Apa aku harus kembali dan meninggalkan semua tanggung jawab yang diberikan padaku? Jika aku tidak berpikir untuk masa depan, mungkin benar aku akan pulang untuk merangkul dia dalam pelukan. Tapi itu tidak bisa, jika aku melanggar aturan di sini mungkin saja tujuanku untuk memperistrinya akan pudar dalam sekejap.

Aku harus bertahan dan yakin bahwa dia akan baik-baik saja hari ini. Dia akan tersenyum seperti biasa melewati hari kasih sayang tanpa adanya diriku. Karena aku tahu dia adalah wanita yang kuat. Dia tidak akan mengalah karena sebuah rindu pada hari penuh cinta ini.

"Apa yang akan kau lakukan di hari kasih sayang nanti?"

Entahlah, aku masih belum memikirkan apa yang akan kulakukan. Bisa kah aku menuliskan sebuah surat cinta, atau puisi romantis padanya? Tunggu dulu, aku rasa itu tidak mungkin. Lagi pula gombalan recehku saja tidak berhasil.

Lalu apa yang akan aku lakukan hari ini?

Meneleponnya untuk mengatakan selamat hari kasih sayang? Tidak, sebaiknya jangan. Itu sudah basi.

Merekam lagu Ed untuknya? Jangan bodoh! Aku kan tidak bisa bernyanyi. Memberikan dia cokelat yang paling dia suka? Bodoh!  Pasti dia akan marah karena aku mengeluarkan uang untuk itu.

Lantas apa? Apa yang harus aku lakukan di hari ini? Tidak mungkinkan aku tidur di hari seperti ini. Ah sudahlah, lagi pula hari kasih sayang tanpa adanya orang yang kau kasih dan sayangi bukanlah hari kasih sayang namanya. Tidak akan ada yang spesial hari ini, kecuali. Rinduku yang makin menggebu untuk dapat segera menemuinya.

Aku mencintainya, di mana pun dia berada. Jadi aku tidak butuh hari-hari spesial seperti ini untuk membuktikan cintaku padanya. Aku sayang dia. Ya, setiap hari aku menyayanginya. Hingga begitu banyak syair puisi yang aku rangkai meski tak bisa aku ucapkan padanya.

"Apa yang akan kau lakukan di hari kasih sayang nanti?" suara itu terus saja berputar seperti kaset rusak di kepalaku.

Aku tidak ingin melakukan apapun, mengerti! Hari ini sama saja seperti beberapa menit yang lalu. Aku hidup, aku mencintainya, dan aku senang merindunya dalam tiap hembusan napas. Semoga dia juga mengatakan hal yang sama jika ditanya dengan pertanyaan absurd itu oleh teman-temannya.

Tidak ada yang istimewa dari hari kasih sayang. Kenapa kau harus merayakannya setahun sekali? Bila sejatinya kau bisa mencintanya di dalam tiap hela napasmu.

Bagi kalian yang ingin merayakannya, aku ucapkan selamat hari kasih sayang. Semoga hubungan kalian tetap baik-baik saja dan bertahan hingga jenjang pernikahan. Bagi para jomblo yang merindukan hujan di hari ini, aku berharap doa kalian terkabul. Supaya nanti tidurku nyenyak dan bisa bermimpi dengan gadis yang aku cintai.

Dan teruntuk kamu yang sedang tidur di malam ini. Jangan lupa untuk terus tersenyum, rindu yang seperti cokelat truffle ini memang menyiksa dengan kemanisnannya yang tak henti tertawa. Maka dari itu, bersabarlah hingga kita berdua bisa memakannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

After The Show

Just For My Mom

Pria Pemburu