Just For My Mom

Tak seperti rembulan yang tersenyum bila malam datang, tak seperti mentari yang menebar hangatnya kasih bila siang tiba. Cinta yang kau berikan selalu abadi dan tak pernah lekang oleh waktu. Sayang yang kau beri sejak daku masih terbelenggu dalam rahim sampai keluar darinya pun tetap tak memudar.

Hari demi hari kau timang diriku, kau cumbui aku, kau teburkan tawa manismu hanya untuk diriku. Menyuapi bubur dengan tulus agar perutku bisa terisi, diselingi dengan hisapan susu bergizi setiap harinya. Kau benar-benar mencintai aku. Anakmu.

Kini masa sudah berlalu, dunia sudah merubah rupamu. Kau semakin tua, semakin lemah. Kerutan dan uban mengutuk dirimu. Sementara aku semakin tinggi bahkan melampaui dirimu, mama.

Maaf selama ini aku selalu menjadi kambing hitam di rumah, menjadi biang masalah dan melibatkanmu dalam dosa-dosaku. Bahkan aku juga sempat membentakmu, memakimu. Terlebih lagi membuatmu memeteskan airmata setiap saat.

Jujur, saat ini aku merindukanmu. Kita terpisah jauh. Duniaku kini lebih gila dari sebelumnya. Hati, raga, dan pikiranku juga sering mengalami cidera serius di sini. Tapi kau tenang saja, aku tak akan menyerah untuk masa depanku.

Kau sendiri yang mengajarkanku tentang semangat dan kerja keras, kau sendiri yang mengajarkanku tentang sikap sabar layaknya Nabi Ayyub as. Semua butuh proses katamu, dan yang menentukan akhir dari proses yang aku lewati adalah hasil akhirnya.

Akan menjadi siapa anakmu ini nantinya?

Ma, mama dikau jauh kini dariku. Tapi cintamu meresap dan selalu berbekas di hati. Tak seperti cintanya para gadis-gadis lain yang pernah hinggap di hatiku. Tulusnya sayangmu berdenyut selamanya dalam nadiku, mengalir bersama darah yang menggerakan tubuh ini.

Mama, jika benar malaikat itu ada. Apa kau salah satu dari mereka? Sebab tak ada yang bisa menggantikan kebaikanmu padaku. Meski kau tak bersayap dan meski dirimu itu super cerewet dan suka marah-marah. Kau tetap sosok yang paling aku agungkan di atas dunia ini.

Aku tak ingin lagi membuatmu meneteskan airmata, aku tak akan menyakiti perasaanmu lagi. Aku akan berusaha mengiyakan kata-katamu, mengikuti aturanmu yang berumpun banyaknya meski aku gerutu pelan.

Karena bila aku membuatmu kembali meneteskan satu butir air dari mata sayu itu, seluruh teman malaikatmu yang memiliki sayap akan mengutuk langkahku.

Semoga kau masih memiliki umur yang panjang ya ibundaku tercinta, agar kelak impianku terwujud kau bisa berada di sana. Memandangiku dengan tangis bahagia.

I love you mom,

You always be my first love.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

After The Show

Pria Pemburu